Kemiskinan melanda, tetapi kau malah melang-lang buana
Permusuhan mewabah, tetapi kau malah sibuk dengan kuasa
Tak kau hiraukan mereka yang mati kelaparan
Tak kau hiraukan darah anak manusia yang membasahi tumitmu
Yang kau hiraukan hanyalah tahta
Tahta di atas gelimpangan mayat
Tahta di atas rakyat yang melarat
Tahta di atas genangan darah
Banjir melanda, tapi kau malah tertawa
Banyak harta dan nyawa yang tenggelam
Kau malah tetap membentengi pintu air
Biarkanlah mereka mengarungi air mata mereka
Ha … ha … ha… a…aa..aa.
Asal jangan menenggelamkan nyawa dan mahkotaku
Dalihmu membumbung menangkis amarah rakyat
Akan kau pindahkan hujan
Akan kau genggam kabut dan kau lenyapkan
Ha . . . ha…. Ha… a a a a aa
Kau memang pintar mengelabui
Tetapi perlu kau tahu
Kau terlalu bodoh untuk mengetahui
Coba kau lihat!
Berapa nyawa yang menjadi korban bualanmu?
Lihatlah dengan mata hatimu!!!
Bukan dengan mata tahta
Ketika tetanggamu mengingatkan bahwa ada musuh di negrimu
Kau malah menampik dan menuduh balik serta menggertak
Datanglah bencana yang menggeleparkan ratusan nyawa
Hasil karya gemilang anak negerimu yang mereka bangga-banggakan
Kau mulai mengutuk
Ataukah berpura-pura mengutuk?
Sebab kalau tidak kau akan dicap hitam
Tidak mempedulikan nasib rakyat
Kau babat putera-puterimu yang merengek minta pamit
Dengan tank-tank buatan zaman
Tak kau hiraukan mereka yang menderita akibat letupannya
Mereka yang tidak berdosa bergelimpangan tanpa nyawa
Yang tersisa terpaksa minggat entah ke mana
Yang ke negeri seberang kau malah marah
Marah kepada keluarga negeri tetangga yang memberi makan putera-puterimu
Mereka yang melindungi putera-puterimu
Yang merasa tidak dilindungi oleh kepala keluarga bangsanya
Kau begitu sadis, bengis, jahat, dan tidak punya hati
Tak kau hiraukan mereka yang meratap kepedihan dan duka yang dirasakan
Yang terlantar dan pengungsi kau biarkan merana
Kau malah menambah kepedihan
Membeli Sukhoi buatan teknologi zaman
Dengan uang rakyat yang lagi sekarat
Penyimpangan-penyimpangan tidak kau berantas
Kau biarkan mereka menelan uang rakyat
Kau malah bersekongkol dengan mereka
Demi menegakkan tahtamu agar tak rapuh dan tak tergoyahkan
Kekeringan melanda bangsa
Banyak anak manusia yang sengsara
Tapi kau malah membangun jembatan
Yang menelan biaya Miliyaran
Hasil peras keringat rakyat
Kau malah biarkan mereka terpanggang
Di atas bara kelaparan dan kekeringan
Sekali lagi kau berjanji akan menurunkan hujan
Untuk mengobati amarah rakyat
Yang sudah tak percaya akan bualan-bualan mulut besarmu
Karena tahta kau menjadi tuli
Demi tahta kau menjadi bodoh
Karena tahta kamu menjadi buta
Dari tahta kau membabi buta, bertindak kejam
Kau hanya untuk tahta
Ardi Fantur